FITRIANI, AZIMAH (2009) KONSEP PUASA DALAM AL QURAN AL HADIST KITAB TRIPITAKA (Studi Perbandingan). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
|
PDF
H000040011.pdf Download (92kB) |
|
PDF
H000040011.pdf Restricted to Repository staff only Download (400kB) |
Abstract
Puasa merupakan ibadah yang dilakukan oleh agama-agama di dunia. Selain agama Islam beberapa agama besar lain juga mengajarkan umatnya untuk berpuasa, salah satunya agama Buddha. Walaupun berbeda dalam pelaksanaannya, tetapi yang terpenting adalah makna yang terkandung di dalamnya, bukan hanya terjebak dalam formalitasnya saja. Penelitian tentang puasa ini mengangkat tema tentang Konsep Puasa Dalam AlQur’an AlHadits dan Kitab Tripitaka (Studi Perbandingan). Dalam AlQur’an perintah puasa terdapat dalam surat AlBaqarah ayat 183-187, An Nisa ayat 92, AlMaidah ayat 89, AlMujadilah ayat 4 dan surat Maryam ayat 26, perintah puasa tersebut juga didukung oleh hadits Rasul yang juga dijadikan sebagai dasar hukumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep puasa dalam AlQur’an AlHadits dan Kitab Tripitaka, dan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep puasa dalam AlQur’an AlHadits dan Kitab Tripitaka. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian penelitian khususnya Ushuluddin, mengenai konsep puasa dalam AlQur’an AlHadits dan Kitab Tripitaka. Bagi para umat Islam dan Buddha agar lebih memahami dan mengetahui bahwa ibadah puasa tidak hanya dipahami sebagai ritual saja, tetapi puasa hendaknya dilakukan sepenuh hati sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan sebagai usaha pengendalian diri terhadap hawa nafsu. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research), metode pendekatan Teologis Normatif, dan metode analisis data menggunakan kualitatif komparatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa menurut AlQur’an AlHadits puasa dilakukan mulai terbit fajar sampai terbenam matahari dengan cara mengendalikan diri dari hawa nafsu, yaitu tidak makan, minum, berhubungan suami istri pada siang hari, dan meninggalkan segala yang membatalkan puasa. Dalam Tripitaka puasa (uposatha) dilakukan dengan menjalankan delapan sila (Atthasila), yaitu menghindari pembunuhan makhluk hidup, mencuri, berhubungan seks, berbicara atau berucap yang tidak benar, menghindari semua makanan dan minuman yang melemahkan kesadaran, menghindari makan setelah tengah hari, menghindari menyanyi, menari, bermain musik, melihat hiburan, memakai wangi-wangian, serta alat-alat kosmetik yang bertujuan untuk mempercantik diri, dan menghindari pemakaian tempat tidur yang mewah. Persamaan dari kedua konsep puasa tersebut adalah sama-sama bertujuan untuk mengendalikan hawa nafsu, adapun perbedaan dari konsep puasa tersebut adalah terletak pada cara dan macamnya. Dalam agama Islam, puasa dibagi menjadi empat macam, yaitu: puasa wajib, sunah, haram dan makruh. Seorang ulama ada juga yang mendefinsikan puasa hanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu wajib dan sunah. Sedangkan dalam kitab Tripitaka, puasa yang biasa dilakukan biasa disebut dengan istilah uposatha, yaitu dengan menjalankan delapan sila (Atthasila) seperti yang telah dijelaskan di atas.
Item Type: | Karya ilmiah (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | konsep puasa, al qur'an, al hadist, kitap tripitaka |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc |
Divisions: | Fakultas Agama Islam > Ushuluddin |
Depositing User: | Mrs Esti Handayani |
Date Deposited: | 23 Feb 2010 09:04 |
Last Modified: | 03 Jan 2012 10:37 |
URI: | http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/6480 |
Actions (login required)
View Item |