Rokhim, Nur (2009) KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP MANUSIA MANURUT IBN MISKAWAIH. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta .
|
PDF
G000050036.pdf Download (169kB) |
|
PDF
G000050036.pdf Restricted to Repository staff only Download (639kB) |
Abstract
Lunturnya nilai-nilai moral dari diri manusia, telah melahirkan banyak pelanggaran dan penyelewengan di berbagai bidang. hal ini tidak bisa lepas dari peran dan tanggung jawab keluarga sebagai pilar pendidikan pertama bagi seseorang, masyarakat yang membesarkan, dan lembaga pendidikan di bangku-bangku sekolah. Meskipun segala upaya telah dilakukan, kesadaran individu tetap mengambil tempat terdepan dalam aplikasi nilai-nilai yang diperolehnya. Apabila menilik lebih jauh, sebenarnya telah banyak solusi yang ditawarkan oleh para ulama untuk masalah tersebut, yang salah satunya adalah Ibn Miskawaih dengan karya besarnya, Tahdzibul Akhlaq Wa Tathhirul A’raq. Lantas bagaimana pemikiran Ibn Miskawaih terkait pendidikan akhlaq terhadap manusia, yang meliputi diri sendiri, orang tua/keluarga dan orang lain ? Di sinilah penulis mengambil langkah untuk menganalisisnya dengan tujuan mengetahui dan memahami Konsep Pendidikan Akhlaq terhadap Manusia menurut Ibn Miskawaih, sehingga dapat digunakan sebagai kontribusi pemikiran dalam dunia pendidikan. Sedangkan metode dalam mengumpulkan data adalah dengan dokumentasi dari berbagai sumber yang sejalan dengannya. Kemudian metode yang dipakai oleh penulis adalah content analysis dan intrepetasi data. Ibn Miskawaih memulai pembahasannya dari jiwa manusia, yang dibagi menjadi 3 macam : jiwa amarah, jiwa kebinatangan, dan jiwa berfikir. Hal ini karena jiwa dipandang sebagai pemeran terpenting dalam bertindak. Terkait pendidikan akhlaq terhadap diri sendiri, Ibn Miskawaih menekankan supaya setiap individu banyak memahami tentang jiwa dan kecenderungannya, sehingga dapat diambil langkah yang tepat untuk membimbingnya kearah yang baik. Jika hal ini tidak dilakukan, maka seseorang akan dikendalikan oleh jiwa rendahnya, akibatnya akan jatuh pada derajat yang hina. Mengenai pendidikan akhlaq terhadap orang tua/keluarga, Ibn Miskawaih banyak mengambil pemikiran Martin Plessner, terutama peranan orang tua terhadap anak sejak usia dini. Orang tua harus menanamkan cinta kebajikan dan melatihnya untuk membiasakan kebajikan itu, sehingga ia akan membenci kejelekan/keburukan yang ada. Karena hal ini akan menjadi pegangan baginya untuk berakhlaq mulia terhadap siapapun, terutama dimulai dari lingkup keluarga. Sedang Pendidikan akhlaq terhadap orang lain, Ibn Miskawaih menekankan bahwa kesempurnaan seseorang dapat diraih makala ia mau bersosial, sebab setiap individu memiliki kekurangan, untuk menutup kekurangan itu, dapat mengambil kelebihan pada orang lain, dan sebaliknya. Akan tetapi dalam berhubungan itu, hendaknya diperhatikan etika yang ada, sehingga tercipta kemashlahatan bersama. Pada bagian akhir dari penelitian ini, secara umum penulis berkesimpulan, bahwa seseorang yang dapat bersikap adil, maka ia akan dapat berlaku adil terhadap siapapun. Dan dalam berbuat baik didasarkan pada esensi kebaikan itu sendiri yang orientasinya adalah keridhaan Allah Yang Maha Adil semata. Sedangkan pembentuk akhlaq adalah melalui metode pemahaman, latihan, pembiasaan, pujian, hukuman, dan paksaan, secara bijaksana dan tepat.
Item Type: | Karya ilmiah (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | pendidikan akhlak, Ibn Miskawaih |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc |
Divisions: | Fakultas Agama Islam > Pendidikan Agama Islam (PAI) |
Depositing User: | Mrs. Gatiningsih Gatiningsih |
Date Deposited: | 19 Nov 2009 08:32 |
Last Modified: | 14 Jun 2011 05:33 |
URI: | http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/4829 |
Actions (login required)
View Item |