UTAMI, FAJAR TRI (2009) PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DU USIA MUDA. Skripsi thesis, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta.
|
PDF
F100040114.PDF Download (123kB) |
|
PDF
F100040114.PDF Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia. Pernikahan muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual. Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Faktor penyebab terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan karena masalah ekonomi (Sarwono, 1994). Pada umumnya pernikahan dini yang hanya dilandasi rasa cinta tanpa kesiapan mental dan materi akan berdampak buruk dalam rumah tangga. Usia yang masih terlalu muda, banyak keputusan yang diambil berdasar emosi atau mengatasnamakan cinta yang membuat mereka salah dalam bertindak. Berat ringannya tanggung jawab yang dipikul bukan hanya ditentukan oleh banyak sedikitnya beban, melainkan tujuan danpandangan kita terhadap pernikahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri remaja putri terhadap kehidupan setelah menikah muda dan untuk mengetahui bagaimana konsekuensi psikologis remaja putri yang menikah muda. Pertanyaan penelitian bagaimana penyesuaian diri remaja putri terhadap pasangannya yang menikah muda dan bagaimana konsekuensi psikologis remaja putri yang menikah di usia muda. Penelitian ini akan diambil informan sebanyak 6 orang dengan variasi dari segi status sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan dengan kriteria atau karakteristik sebagai berikut; a). remaja putri yang waktu menikah berusia antara 16 – 21tahun b). usia pernikahan kurang lebih berjalan 3 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang menikah di usia muda kurang dapat menyesuaian diri dengan kehidupan pasca pernikahan, mereka kurang dapat menerima perubahan perilaku, sifat, dan karakter pasangan. Bahkan timbul penyesalan di hati mereka karena menikah muda setelah kehidupannya setelah menikah tidak jauh lebih lebih baik karena kondisi ekonomi keluarga yang kekurangan menjadi masalah utama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penyesuaian diri remaja putri yang menikah di usia muda ada dua kategori yaitu penyesuaian diri yang baik dan tidak baik. Keputusan menikah di usia muda karena rasa cinta yang begitu besar, kehamilan pra nikah, desakan dari orang tua, mengikuti tradisi daerah sehingga menyebabkan keputusan diambil didasarkan pada suasana batin, yakni kebahagiaan agar dapat hidup bersama dengan orang yang dicintai dan memberikan status pada anak yang akan lahir. Penyesuaian diri yang baik yaitu dapat menerima kondisi pasangan apa adanya serta perubahan yang terjadi, sehingga jarang terjadi keributan dan tidak munul banyak konflik. Sedangkan penyesuaian diri yang tidak baik yaitu tidak dapat menerima kondisi pasangan apa adanya serta perunahan yang terjadi sehingga sering terjadi keributan dan muncul banyak konflik. Para pelaku pernikahan di usia muda menerima sejumlah konsekuensi negatif dari pernikahan di usia muda yang dijalani, yakni mengalami suatu tekanan berupa kesedihan, kebinggungan, ketidaknyamanan, ataupun penyesalan. Pernikahan di usia muda dapat memicu pada pola hidup yang tidak seimbang sehingga menimbulkan konflik baru yang lebih sulit diatasi sehingga memerlukan pengertian dari kedua belah pihak. Kata kunci : remaja putri, menikah diusia muda
Item Type: | Karya ilmiah (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | remaja putri, menikah diusia muda |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology |
Divisions: | Fakultas Psikologi > Psikologi |
Depositing User: | Mrs Esti Handayani |
Date Deposited: | 19 Nov 2009 07:37 |
Last Modified: | 13 Nov 2010 04:45 |
URI: | http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/4804 |
Actions (login required)
View Item |