Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Trismus Post Operasi Abses Submandibular Di RSUD Salatiga

Septiyas, Khoiririn Dwi and , Isnaini Herawati, SST.FT., S.Pd., M.Sc (2014) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Trismus Post Operasi Abses Submandibular Di RSUD Salatiga. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[img]
Preview
PDF (Halaman Depan)
HALAMAN_DEPAN.pdf

Download (526kB)
[img]
Preview
PDF (Bab I)
BAB_I.pdf

Download (187kB)
[img] PDF (Bab II)
BAB_II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (409kB)
[img] PDF (Bab III)
BAB_III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (144kB)
[img] PDF (Bab IV)
BAB_IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (105kB)
[img] PDF (Bab V)
BAB_V.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (7kB)
[img]
Preview
PDF (Daftar Pustaka)
DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Download (86kB)
[img] PDF (Lampiran)
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (440kB)
[img]
Preview
PDF (Naskah Publikasi)
NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Download (450kB)

Abstract

Latar Belakang: Abses submandibula adalah jenis abses urutan tertinggi, 70-85 % kasusnya disebabkan oleh infeksi gigi, dan menyebabkan peradangan.Abses submandibular dapat ditangani dengan pemberian antibiotik dosis tinggi namun pada beberapa kasus abses submandibular diperlukan pembedahan untuk mengeluarkan abses. Akibat dari tindakan operasi tersebut menimbulkan beberapa permasalahan dan komplikasi,seperti timbulnya nyeri, bengkak, kelemahan otot serta timbulnya trismus. Fisioterapi dapat berperan untuk mengyrangi keluhan yang ada menggunkan modalitas infra red dan Massage. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas infra red dan massage dalam mengurangi nyeri dan kelemahan otot pada kasus trismus post operasi abses submandibular. Hasil: Terjadi pengurangan nyeri setelah dilakukan tindakan fisioterapi. Terlihat pada nyeri tekan saat T1 dengan skala 3 menjadi skala 2 dan nyeri gerak saat T1 dengan skala 5 menjadi 4 di T6. Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan nyeri pada nyeri otot mastikalis. Terdapat peningkatan MMT membuka mulut pada awalnya (T1) bernilai NF (gerkan minimal dan tidak mampu melawan tahanan) dan mengalami peningkatan di T6 menjadi F (gerakan sempurna dan bertahan terhadap tahanan kuat, mulut yang dibuka dapat dimasukka 3 jari, tidak ada deviasi, selain gerakan gigi bawah), MMT saat menutup rahang semula di T1 bernilai WF (Px dapat menutup rahan tetapi Tx dapat membukanya dengan tahanan minimal) meningkat di T6 mendi F (Px manutup kuat dan Tx tidak ampu membukanya), MMT gerkan deviasi juga mengalami peningkatan dari WF (gerkan kelateral melintasi 1 gigi atas, tahanan minimal) mengalami peningkatan di T6 menjadi F (dapat menggerakkan gig seri dibawah garis tengah kelateral lebih dari 3 gigi) dan MMT gerakan protusi juga mengalami peningkatan yakni pada T1 hanya mampu menggerakkan rahang kebelakang sedikit, tidak ada pemisah antara gigi atas dan bawah serta hanya mampu menahan tahanan ringan (WF) namun di T6 meningkat sehingga pasien mampu melakukan gerakan memajukan gigi bawah melebihi gigi atas dengan sempurna dan dapat menahan tahan dengan kuat. Kesimpulan: Dari hasil penanganan fisioterapi selama 6 kali terapi diperoleh hasil yaitu (1) penurunan nyeri (2) terjadi peningkatan MMT otot temporomandibular.

Item Type: Karya ilmiah (Diploma)
Uncontrolled Keywords: Abses, trismus, massage dan infra red.
Subjects: R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology
Divisions: Fakultas Ilmu Kesehatan > Fisioterapi D3
Depositing User: Ari Fatmawati
Date Deposited: 19 Nov 2014 07:31
Last Modified: 19 Oct 2021 14:53
URI: http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/30930

Actions (login required)

View Item View Item