NUGROHO, WAHYU (2010) ASPEK SOSIAL BUDAYA FILM DAUN DI ATAS BANTAL KARYA GARIN NUGROHO: TINJAUAN SEMIOTIK. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta .
|
PDF
A310040019.PDF Download (103kB) |
|
PDF
A310040019.PDF Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui struktur yang membangun film Daun di Atas Bantal, (2) untuk mengungkap aspek sosial budaya yang terkandung dalam film Daun di Atas Bantal berdasarkan tinjauan semiotik. Objek penelitian ini adalah makna aspek sosial budaya yang ada dalam film Daun di Atas Bantal dengan tinjauan semiotik. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dan catat, analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni mendeskripsikan data-data penelitian dalam adegan film Daun di Atas Bantal sebagai penanda adanya makna sosial budaya yang merupakan petanda. Berdasarkan analis struktural, unsur-unsur film Daun di Atas Bantal terbentuk secara utuh dan terpadu mencapai totalitas makna. Film Daun di Atas Bantal memiliki tema kisah hidup anak jalanan di Yogyakarta. Tokoh-tokoh yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Asih, Heru, Sugeng, Kancil, Caplin, Asep, Deny dengan latar cerita yaitu di Malioboro dan pasar Beringharjo Yogyakarta pada tahun 1997. Latar sosial Daun di Atas Bantal adalah kehidupan sosial kaum marginal di Yogyakarta yang komplit dengan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. alur yang di gunakan dalam film ini adalah alur maju (progresif). Struktur sosial dalam film Daun di Atas Bantal merupakan kelas sosial rendah, yakni kehidupan sosial kaum marginal, anak jalanan, dan pekerja-pekerja kasar. Masalah ekonomi merupakan masalah sosial yang dialami para tokoh dalam film Daun di Atas Bantal. Institusi sosial sebagai bagian dari kehidupan sosial, yakni aparat kepolisian dan pemerintah sebagai penjamin kesejahteraan dan keamanan masyarakat tampak tidak berperan maksimal dalam film ini. Kebudayaan yang dibangun, dibentuk, dan dimiliki oleh masyarakat dalam film Daun di Atas bantal memiliki kekhasan sendiri. Dalam film Daun di Atas Bantal terjadi keragaman bahasa yakni bahasa Indonesia berdialek Jawa, bahasa Indonesia berdialek Padang, dan bahasa Jawa. Sistem pengetahuan, dalam hal ini pendidikan formal tidak dirasakan dan dialami oleh anak-anak jalanan. Aspek sosial budaya yang muncul dalam film Daun di Atas Bantal berupa kepercayaan terhadap Tuhan, perasaan dan pikiran terhadap lingkungan sekitar, tujuan hidup para tokoh, kaidah atau norma dalam kehidupan anak jalanan, kedudukan dan peranan para tokoh dalam masyarakat, sanksi, dan keserasian antara kualitas kehidupan dengan kualitas lingkungan
Item Type: | Karya ilmiah (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | aspek sosial budaya, film Daun di Atas Bantal, tinjauan semiotik |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah |
Depositing User: | Mrs. Gatiningsih Gatiningsih |
Date Deposited: | 19 May 2010 08:24 |
Last Modified: | 13 Nov 2010 05:11 |
URI: | http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/7068 |
Actions (login required)
View Item |