PRAMISTA, LARASATI REYMA (2012) Representasi Identitas Budaya Lokal Bali Dalam Kuasa Postcolonial Pada Film Eat Pray Love. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
|
PDF (Halaman Depan)
03_HALAMAN_DEPAN.pdf Download (717kB) |
|
|
PDF (Bab I)
04_BAB_I.pdf Download (587kB) |
|
PDF (Bab II)
05_BAB_II.pdf Restricted to Repository staff only Download (520kB) |
||
PDF (Bab III)
06_BAB_III.pdf Restricted to Repository staff only Download (385kB) |
||
PDF (Bab IV)
07_BAB_IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (963kB) |
||
PDF (Bab V)
08_BAB_V.pdf Restricted to Repository staff only Download (72kB) |
||
|
PDF (Daftar Pustaka)
09_DAFTAR_PUSTAKA.pdf Download (122kB) |
|
|
PDF (Naskah Publikasi)
02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf Download (666kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk membongkar representasi identitas budaya lokal Bali dalam kuasa postcolonial pada film Eat Pray Love. Selanjutnya penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan konstribusi dalam kajian cultural studies terutama dalam membandingkan budaya Barat dengan budaya Timur dan postcolonial yang direpresentasikan melalui gambar di Dunia Ketiga. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, secara lebih khususnya lagi penelitian ini menggunakan metode semiotika. Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis simbol yang terdapat dalam scene pada film. Gambar dalam film dianggap sebagai tanda-tanda yang dibentuk oleh relasi dengan tanda lain. Film sebagai bagian dari media yang menanamkan contoh budaya di dalamnya, yang kemudian mempunyai praktik penandaan yang dapat dianalisis dari banyak segi, seperti posisi kamera (angle), posisi objek atau manusia dalam frame, pencahayaan (lighting), dan proses pewarnaan (tinting). Setelah dilakukan analisis, diperoleh kesimpulan bahwa dalam hal representasi identitas budaya lokal Bali dalam kuasa postcolonial ini masih melekat pada wacana postcolonial. Representasi dimulai dari perbedaan budaya Barat dan budaya Timur yang dianalisis dengan oposisi biner, dimana Barat dipandang sebagai low context dan timur dipandang sebagai high context. Sedangakan representasi postcolonial yang terjadi melalui pengaruh Barat yang mengubah Bali sebagai tujuan wisata sesuai selera Barat, dan kecantikan wanita Bali yang mulai pudar karena pengaruh Barat dalam hal berbusana dan bentuk rambut. Film Eat Pray Love bagaimanapun juga telah membawa nuasa baru dalam gagasan yang direpresentasikannya, terutama yang berkaitan dengan representasi identitas budaya Lokal Bali. Bali yang dianggap sebagai pariwisata paling maju di Indonesia melalui representasi ini mencoba menyadarkan publik bahwa Bali merupakan bentukan dari kolonial Barat yang menjadikan Bali sebagai tujuan wisata selera Barat.
Item Type: | Karya ilmiah (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Representasi, Budaya, Postcolonial Bali |
Subjects: | H Social Sciences > HE Transportation and Communications |
Divisions: | Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informatika > Ilmu Komunikasi |
Depositing User: | Mrs Esti Handayani |
Date Deposited: | 11 Oct 2012 11:31 |
Last Modified: | 11 Oct 2012 12:50 |
URI: | http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/20631 |
Actions (login required)
View Item |