HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SINDROM PURNAKUASA PADA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Maulani, Devi Widowati (2008) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SINDROM PURNAKUASA PADA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[img] PDF
F100030248.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (695kB)

Abstract

Pensiun bagi sebagian orang dapat dihadapi dengan sikap yang positif, tetapi bagi sebagian orang masa pensiun dapat memunculkan berbagai gangguan fisik maupun kejiwaan, yang dikenal dengan post power syndrome yang dapat mempengaruhi perkembangan individu selanjutnya. Oleh karena itu bagi individu yang memasuki masa pensiun dibutuhkan kecerdasan emosional agar mampu mengendalikan dan membedakan emosi yang satu dengan lainnya, menuntun proses berfikir, dan memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri dalam membina hubungan dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hubungan antara kecerdasan emosional dengan sindrom purnakuasa pada pensiunan PNS; 2) Peranan kecerdasan emosional terhadap sindrom purnakuasa pada pensiunan PNS; 3) Tingkat kecerdasan emosional dan sindrom purnakuasa pada pensiunan PNS. Hipotesis yang diajukan ada korelasi negatif antara kecerdasan emosional dengan sindrom purna kuasa. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pensiunan pegawai negeri sipil pada Instansi Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah 55 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala kecerdasan emosional dan skala sindrom purnakuasa. Teknik analisis data yang digunakan product moment Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar –0,520; p = 0,000 (p < 0,01). Berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan sindrom purnakuasa. Sumbangan efektif variabel kecerdasan emosional terhadap sindrom purnakuasa sebesar 27 % ditunjukan oleh koefisien determinan (r2) sebesar 0.270. Kecerdasan emosional mempunyai rerata empirik sebesar 127,745 dan rerata hipotetik sebesar 107,5 yang berarti kecerdasan emosional subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel sindrom purnakuasa di ketahui rerata empirik sebesar 58,600 dan rerata hipotetik sebesar 90 yang berarti sindrom purnakuasa pada subjek tergolong rendah. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan sindrom purnakuasa, dengan demikian variabel kecerdasan emosional dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksikan dengan sindrom purnakuasa, semakin tinggi kecerdasan emosional maka akan semakin rendah sindrom purnakuasa

Item Type: Karya ilmiah (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: kecerdasan emosional, sindrom purnakuasa
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology
Divisions: Fakultas Psikologi > Psikologi
Depositing User: Ari Fatmawati
Date Deposited: 01 Sep 2008 03:16
Last Modified: 24 Feb 2011 04:44
URI: http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/317

Actions (login required)

View Item View Item